11 May 2014

BatuCave - TwinTower

perjalanan (jakarta)-spore-kl berakhir pukul 4 pagi di TBS (terminal bersepadu selatan), kuala lumpur. disinilah tempat "penampungan" kami pada hari kedua. terminal ini sangat besar, kami "bermain" di level (lantai kali yak maksudnya) 3 dan 4. yang kami cari begitu masuk terminal adalah tempat untuk mandi, maklum udah 24 jam belum mandi. hidup backpacker!! *apasih
tapi sayangnya hanya ada toilet biasa, tidak bisa digunakan untuk mandi secara normal. penginapan kecil di dalam terminal pun hanya ada fasilitas kamar tidur, loker, dan sewa laptop. sedangkan mushola yang katanya mungkin dapat digunakan untuk mandi, baru akan dibuka pukul 5 saat solat subuh, jadi kami duduk-duduk aja di depan toko yang belum buka dan menikmati wifi gratis TBS.

 Terminal Bersepadu Selatan

saat mushola akhirnya dibuka, ternyata hanya ada tempat wudhu (tanpa toilet) sehingga tidak dapat digunakan untuk mandi, gw pun hanya sikat gigi dan cuci muka sekalian wudhu. setelah solat subuh, kami ke toilet secara bergantian untuk mandi seadanya tapi cukup membuat toilet becek, untungnya toilet tersebut baru akan dibersihkan oleh petugas setelah kami selesai. hihihi
kami kembali lagi ke mushola untuk merapihkan diri dan merapihkan tas, memisahkan apa saja yang akan dibawa dan yang akan dimasukkan ke loker. loker yang kami pilih bukan loker di penginapan yang disebutkan tadi (level 4), melainkan loker yang berada di level 3, tanya saja pada security letak lokernya. loker ini bersistem kunci otomatis dan self-service, sempet bingung juga cara menggunakannya dan bingung mau tanya siapa karena tidak ada petugas di sekitar situ. tapi memang tinggal baca kertas yang ditempel dan baca petunjuk di layar mesinnya. gw lupa memotret loker yang sangat berguna ini, huh! *kesal pada diri sendiri
mari kita coba kemampuan gw memberikan penjelasan dan imajinasi kalian: loker tersedia di beberapa ruang kecil yang bersebelahan dan satu ruang tersebut berisi satu jenis warna, warnanya terdiri dari merah-kuning-orange-biru-hijau. satu ruang/warna terdiri dari beberapa ukuran loker (kecil-sedang-besar). pada tiap ujung barisan loker terdapat mesin seperti ATM (perasaan gw ngasih tau mesin seperti ATM terus dari dulu, haha), nah kita pencet-pencet disitu. langkah pertama pilih bahasa, gw sih pilih english ketimbang melayu, takut salah artiin kalo pake melayu. kemudian pilih apakah mau buka (open) atau membuka kembali (retrieve), tentu pilih open dong karena akan memasukkan barang, bukannya mengambil barang. selanjutnya memilih loker, nomer yang tertera pada layar adalah nomor loker yang dapat dipilih (misal 01 sampai 10), kalo nomernya ga ada di layar berarti loker sudah terisi, dan masukkan nomernya 2 angka (kalo 5, pencet 0 dan 5). kemudian masukkan nomer password (terserah kita) 2 kali, lalu masukkan uang. biayanya 5 RM/loker ukuran sedang untuk sekali buka dan untuk 12 jam, jadi harus bener-bener disiapkan apa saja yang mau dimasukkan dan yang tidak mau dimasukkan ke dalam loker. setelah itu, pintu loker dengan nomer yang dipilih akan terbuka, masukkan barang dan tutup lokernya, ga perlu pencet-pencet lagi. jangan sampai lupa passwordnya yaaa. ikuti saja langkah yang ada di layar untuk membuka loker kembali, mudah kok.
fyi: loker ukuran kecil 3 RM untuk 1 tas, loker ukuran sedang 5 RM cukup untuk 2 tas ransel, ada juga loker seukuran lemari tapi ga tau berapa harganya.

selanjutnya kami mencari makan, masih sedikit toko makanan yang buka pada pukul setengah 8. akhirnya gw memutuskan untuk makan mie bandung karena terlihat menggiurkan, sedangkan icha memilih soto lontong (lupa nama tepatnya, tapi semacam itu). dan mie bandung yang gw pesen hampir tidak tersentuh karena bau ebi yang sangat menyengat, gw pun ikut makan soto lontong icha, hilang deh 5,5 RM. lalu hilang lagi 5 RM gw untuk loker karena lupa bawa passport, ini salah satu kebiasaan dodol gw: berpikir passport ga akan digunakan karena ga ada urusan ke imigrasi, takut ilang kalo dibawa-bawa. padahal kan passport itu satu-satunya identitas kita saat berada di luar negeri, dodol kan. takut terjadi apa-apa saat pergi, jadi buka loker lagi deh untuk ambil passport.
 
mie bandung yang hanya terlihat menggiurkan

something i must have for travel

something i must have for travel bener-bener ga kepikiran saat berangkat kemaren, jadi pelajaran aja ini sih. foto yang atas itu obat masuk angin, sedangkan yang bawah pasti udah pada tau kan, lem uhuk.
jadi mungkin karena sebelumnya pergi 24 jam, makan sedikit, ga cukup tidur, dan terakhir beberapa jam di bus ber-AC, jadi pagi itu agak-agak ga enak perutnya => kembung masuk angin. terus nyari-nyari obat cair masuk angin yang biasa gw minum di indo, tapi sevel dan semua toko semacamnya di TBS ga ada yang jual, memang sih ga nanya penjaga tokonya, tapi nyari di rak display ga ada. di toko terakhir yang kami datangi sepi pengunjungnya, jadi bisa nanya apa ada obat cair yang dicari, tapi penjaga tokonya kebingungan. hahaha
karena sepertinya si penjaga toko ga ngerti/ga tau obat cair itu, jadi ganti nanya apa ada obat untuk masuk angin, tapi agak susah juga jelasin masuk angin dalam bahasa melayu. eniwei setelah ngerti apa yang dimaksud, si penjaga toko nawarin obat itu, katanya rasa jahe dan cara minumnya dilarutin dalam segelas air. tapi ujung-ujungnya ga gw minum sih, hehehehe.
jadi inti ceritanya, iklan obat cair itu yang katanya dijual/dikonsumsi di luar negeri bener ga sih? apa ada nama lainnya di masing-masing negara? dan bahasa melayunya masuk angin itu...gw lupa si penjaganya tokonya bilang apa, tapi ada kata kembung gitu jadi gw iyain aja.
terus lem uhu berguna untuk sandal gw yang sol-nya menganga, entah ada apa dengan spore-malay, sebelumnya tahun 2012 dari spore ke jb juga sol sepatu gw menganga. emang ada hubungannya ni?? kali aja ada sangkut pautnya gitu, hehehe. yang jelas karena tujuan selanjutnya adalah tempat wisata dan bukan shopping, makanya beli lem tersebut untuk menyelamatkan sandal dan menyelamatkan kenyamanan perjalanan ini. tsaaahh

cukup intermezonya. sekitar pukul 9 kami melancong ke Batu Cave, lumayan santai nih karena ga ada beban ransel 9kg. *ngakunya backpacker, haha
kenapa batu cave? karena kata cave itu sendiri sudah menarik perhatian gw, dan transport-nya cukup mudah => naik kereta sampai stasiun batu cave, & tadaaaa keluar stasiun sudah terlihat pintu masuk batu cave. tapi hal pertama yang dilakukan tentu bertanya dulu pada petugas di TBS, bagaimana cara ke batu cave (takut salah info dari hasil baca trip orang) dan dimana letak stasiun yang terhubung dengan TBS ini. then, lets go!!

sekitar TBS dari atas jembatan penghubung

TBS ini terhubung dengan stasiun Bandar Tasik Selatan (BTS) melalui jembatan. di stasiun BTS ada KTMB (keretapi tanah melayu berhad) yaitu kereta antar kota/propinsi (sok tau ni gw), ini nih kereta yang tadinya mau kami tumpangi dari JB (johor bahru); lalu ada rapid KL yaitu kereta untuk daerah KL (ini juga sok tau), mungkin semacam komuter line jabodetabek cuma ini 1 daerah KL aja, eh mana tau ini sampe daerah sekitar KL juga (maklum sok tau). yang gw liat sih ada 3 jalur kereta berbeda: jalur khusus kereta ke airport (KLIA transit), jalur kereta ktmb, dan jalur biasa. nah di jalur biasa ini yang akan menuju batu cave, tapi dengan transit terlebih dulu di stasiun KL sentral.

tiket kereta TBS-batu cave 3,5RM/orang. saya lupa foto tiketnya, tapi tiket berbahan kertas biasa dan ditulis secara manual tujuannya serta untuk berapa orang. selanjutnya mudah saja, ikuti petunjuk di dalam stasiun peron mana yang menuju KL senter, atau tanya petugas.
keretanya ada gerbong khusus wanita seperti di indo, cuma gerbong khusus wanitanya ada di tengah bukan di kedua ujung dan ada lebih dari 2 gerbong. dari BTS ke KL sentral keretanya penuh penumpang bow, jadi ga bisa foto-foto deh. huehehehe
nah yang di bawah ini foto di dalem kereta dari KL sentral ke batu cave, baru kali ini liat tempat duduknya macem-macem dalam 1 kereta, hadap depan-belakang-samping. norak yah gw, hehehe. dan kondisinya beda banget dengan kereta BTS-KL sentral tadi, yang ini sepiii.

kondisi di dalem kereta kl sentral - batu cave

sampai batu cave langsung explore.

keluar stasiun langsung keliatan batu cave, photo by icha

sekitar pintu masuk

ternyata banyak orang yang ke sini, entah sekedar berkunjung seperti kami atau mau beribadah. yuuu mari melihat lebih ke dalam.

sepanjang jalan menuju patung emas raksasa

main course, the cave is up there

susahnya pergi cuma berdua, foto sendiri-sendiri atau closed-up berdua

di atas juga tempat ibadah

ada tangga lagiii

view setelah tangga kedua


another view


another cave. kalo masuk sini bayar. skip aja lah, hehehe.


view dalam perjalanan turun


monkey everywhere


yang namanya monyet dimana-mana emang suka minta/ngambil makanan yah, tapi monyet di foto itu tidak patut dicontoh. tuuuhh monyet lagi makan kelapa pas gw foto, ga lama kemudian ada yang gelinding jatoh sepanjang tangga dan orang-orang pada nengok ke atas mencari tahu siapa pelakunya. ternyata yang jatoh adalah batok kelapanya si monyet, dan pelakunya malah memasang tampang tak bersalah. dasar monyet!!

sampai bawah (ceritanya) ngasih makan burung

view from far away

tujuan berikutnya adalah twin tower, rasanya belum afdol kalo belum foto di depan menara kembar iconnya KL dan malaysia itu. iya betul kesana cuma untuk foto, wakakakak.
awalnya gw pikir twin tower berada di stasiun KL sentral, atau entah apa nama stasiunnya, yang sejalan dengan batu cave-TBS. tapi ternyata nama stasiunnya KLCC dan ga sejalan, harus kembali transit di KL sentral terlebih dulu. dari KL sentral ke KLCC itu ganti kereta naik yang LRT dengan harga tiket 1,5RM. tambah pusing deh gw sama sistem perkeretaapian disini, yang penting sampai di tujuan lah yaaa.

tiketnya emang beda sih, heee

karena niat cuma foto-foto di depan twin tower, maka turun kereta langsung cari pintu keluar ke jalan raya. tapi pas di luar ga ngeliat si menara kembar, nanya deh sama orang di pinggir jalan. ibu ini tampangnya jawa banget, jangan-jangan emang dari indo, lupa nanya asalnya.
gw: maaf bu, menara petronas dimana ya? (karena tampang indo jadi pake bahasa ibu pertiwi ceritanya)
ibu: (kebingungan) ga tau
gw: menara kembar?? (mungkin taunya terjemahan dari twin tower)
ibu: (masih kebingungan) ga tau
gw & icha: (kaget, bingung) loh... (dalam hati)
gw: hhmmm twin tower??
ibu: ooohh twin tower (gw & icha bertukar senyum).. jauh dari sini (tampang gw yang "nah loh").. naik bus bla..bla..bla.. (males banget kalo naik bus dulu)
gw: kalo jalan kaki?
ibu: ooh iya bisa, muterin gedung ini. kalo naik bus malah muter-muter dulu. (bener nih kayanya si ibu bukan asli KL)
gw: kalo lewat dalem bisa ga ya? (stasiun KLCC terhubung dengan mall, jadi maksudnya lewat dalam mall biar adem)
ibu: iya bisa, nanti bla.. bla.. bla.. (gw udah ga konsen dengernya)
gw & icha: terima kasih
fix di dalem mall ga ngerti jalannya kemana karena ga konsen denger arahan ibu tadi, sempet muter-muter sampe nanya lagi tiap nemu satpam/meja informasi. tapi hasil ingetan gw nih, setelah melewati palang/pintu tiket stasiun KLCC tadi kita ke kiri dan ke kiri lagi/arah mall, masuk mall lurus aja, nanti ketemu meja informasi (tanya aja untuk pastinya) lalu naik 2 lantai, terus ke lorong arah twin tower dengan melihat penunjuk arah (atau tanya satpam). karena nanya twin tower (kapok nanya menara petronas atau menara kembar) dimana, jadi bener-bener dikasih tau masuk ke twin tower. akhirnya cari tau sendiri jalan keluar untuk foto dari depan tower. mana di luar lagi ada renovasi, atau lagi ada suatu acara yah?, karena ada bagian halamannya yang di tutup dinding seng macam sedang ada pembangunan.

sampai depan pintu visit twintower tapi tutup, mahal pula tiketnya

berikut ini hasil foto kami yang terlumayan, rasanya ga ada yang bagus tapi yang penting ada foto daripada ga ada sama sekali. huehehehe
karena halamannya ada yang tertutup, jadi susah dapet posisi yang oke. mana siang itu amat sangat panas sekali dan menyilaukan sampai bikin mata sakit, gw pake kacamata bukan sekedar gaya yes.

ciiiieeee bisa foto di depan twin tower petronas

photo session di depan twintower ini hanya berlangsung sekitar 15 menit, selanjutnya ke mushola di mall untuk solat jamak zuhur-ashar. tempat solat wanitanya dijaga oleh satpam perempuan looh, mungkin karena sedang waktu solat jadi rame banget dan takut ada kejadian yang iya-iya.
eniwei kami langsung balik ke TBS tanpa mampir kemana-mana lagi karena udah jauh banget dari perkiraan jadwal, mana belum beli tiket balik ke JB dan ga tau jadwal bus, dan belum makaaan. huhu

tiketnya beda lagi dari KLsentral ke BTS

sampai BTS sekitar jam setengah 3, sempet beli jajan di jembatan untuk ngisi perut sedikit. sampai TBS langsung menuju loket tiket bus, awalnya mau beli yang langsung ke spore karena udah sore tapi harganya S$40, mari abaikan saja. beralih cari bus ke JB yang berangkat lebih cepat, liat jadwal bus ada yang berangkat pukul 4 dengan harga 34RM, saat itu jam sudah menunjukkan pukul 3, kata penjaga loket harus udah di bawah (level 2, tempat naik bus) setengah 4. tadi sih mikirnya paling tinggal ambil tas terus beli makanan sebentar, tapi tiba-tiba perut gw ga bisa diajak kerjasama. apa karena jajan yogurt/gelato green tea ya? langsung efektif gini. akhirnya icha yang beli makan, gw ke toilet, setelahnya ketemu di depan loker. alhamdulillah setengah 4 udah di ruang tunggu bus, tapi bus baru dateng setengah 5. hadeeeeehhh

wafel yogurt green tea

oh iya, kali ini kami naik bus dua tingkat. busnya sudah ada penumpang saat datang, jadi kebagian duduk di atas deh. padahal mah emang langsung menuju atas tanpa melihat yang di bawah, hahahaha.
yang bikin agak kesel busnya lambat banget, kalo diliat dari lalu lintas sih lancar-lancar aja tapi mungkin definisi padat atau ga berbeda dengan gw yang biasa melihat kepadatan/kemacetan jakarta. bagi gw jalanan masih bisa untuk melaju cepat, tapi mungkin bagi mereka jalanan padat. atau karena bus tingkat kali yah jadi lebih lambat. alhasil sampai terminal larkin JB pukul 10 malam, huahahaha. *tertawa stress

kondisi tempat perhentian busnya dan di dalam bus

khawatir bus ke spore udah ga ada, tapi tanya-tanya orang sih katanya masih ada, dan banyak juga yang mau ke spore pada jam segitu. red and yellow bus udah ga ada, hanya ada 170, harga tiket sampai queenstreet 2,2RM.

tiket bus 170

gw heran sebenernya nih sama harga tiket bus antara spore & malay, contohnya bus 170 ini harganya 2,2RM sedangkan dari spore harganya juga 2,2 tapi S$, padahal kan kursnya beda. oh iya mengenai bus saat di checkpoint, karena kita harus turun untuk imigrasi jadi saat naik bus kembali kemungkinan dapat bus yang berbeda, hal ini sah-sah saja dan ga perlu bayar lagi. kalo pake EZlink, liat orang-orang sih tap kartunya tiap naik dan turun bus (termasuk saat di checkpoint), mungkin kalo nantinya naik bus yang beda tarifnya malah lebih mahal kalo ga men-tap kartu saat turun di checkpoint.

seperti yang sudah saya sebutkan di post sebelumnya, 170 itu semacam bus umum yang berhenti di halte-halte dalam perjalanan queenstreet-woodlands dan sebaliknya, jadi lama dan muter-muter dulu. saat di sekitar checkpoint juga macet, padahal udah jam 11. akhirnya sampai hotel jam 1, was-was karena lampu  redup, sepi, dan udah dikunci, tapi ada bell di pintu dan masih ada penjaganya. pas lagi check-in liat pengumunan di dinding lobby bahwa hotel tutup pukul 2am dan buka kembali pukul 8am. apa jadinya kalo kemaren/sebelumnya ga survey letak hotelnya dulu? alhamdulillah ga jadi terlantar, fiiiuuuuhhh.


ternyata ga gampang ya backpacker 2 negara gitu ni
ngalahin naek gunung.. seenggaknya di gunung adem, ga panas

No comments: